Pemerintah Jepang akhirnya memutuskan memperpanjang insentif fiskal berupa pemotongan pajak untuk kendaraan hemat bahan bakar dari semula berakhir April 2012 menjadi 2015. Penguatan nilai tukar Yen dan penurunan penjualan di pasar ekspor menjadi menjadi alasan utama perpanjangan, selain juga untuk meningkatkan pasar domestik Jepang.
Seperti dilansir bloomberg (9/12), negeri matahari terbit juga berencana meneruskan pemotongan harga langsung selama satu tahun ke depan yang sudah berakhir September 2011.
Menteri Keuangan Jepang Jun Azumi mengatakan, sebelum meningkatkan pajak negara harus ikut menyokong industri kunci di negerinya-dalam hal ini otomotif-guna mendongkrak keuntungan. "Pentingnya industri mobil sulit dipungkiri. Kami mau memberikan sokongan penuh buat mereka," ujar Azumi.
Pemerintah sepakat untuk menurunkan pajak beban kendaraan (car weight tax) senilai 150 miliar yen dari usulan menteri keuangan 1 triliun yen per tahun. Usulan ini sempat ditentang Perdana Menteri Yoshihiko Noda yang menolak memperbesar nilai insentif pajak.
Noda setuju untuk menyediakan 300 miliar Yen sebagai dana potongan langsung bagi konsumen yang mau membeli mobil berteknologi "hijau".
"Permintaan kami bukan cuma mengurangi beban pajak, tapi untuk melawan penguatan Yen, mencegah penghentian produksi di luar dan mempertahankan produksi domestik," tegas Toshiyuki Shiga, Ketua Umum Asosiasi Industri Otomotif Jepang (Japan Automobile Manufacturers Association).
Selain itu, pemerintah juga berniat memperkenalkan beban pajak karbon baru untuk mengurangi emisi gas akibat efek rumah kaca. Salah satunya, mengurangi pemanfaatan nuklir sebagai sumber pembangkit tenaga listrik di Jepang.
0 komentar:
Posting Komentar